Perasaan malas menulis merupakan momok untuk seorang penulis..well, apa iya diriku sudah jadi penulis?? Mmm…sebuah mimpi yang entah kapan terwujud dalam karya nyata. Sebuah buku. Paling tidak. Biarlah untuk sementara aku menjauh dari keluh kesah yang sudah basi itu. Terlalu sering angan itu kuurai tapi kenapa hanya dalam mimpi ??
Mungkin sudah cukup dengan kebahagiaan apa-apa yang Allah beri saat ini. Jangan pernah berhenti untuk bersyukur Yuni…, syukur itu mahal harganya. Lihatlah semua pinta itu terkabul bahkan diberi bonus pula sama Allah. Harapan jadi dosen FK terkabul dengan diterimanya jadi CPNS periode tahun ini, lalu beasiswa dari Kementrian Pendidikan Nasional untuk sekolah spesialis ini, lalu tak habis pula Allah beri calon buah hati ke-4 ini. Walaupun untuk berkah yang terakhir ini jauh dari dugaan. Tetap semua tidak terjadi secara kebetulan, karena skenario Allah jualah semua terjadi. Sekali lagi, bukan untuk disesali. Lalu nikmat Allah manakah yang bisa aku dustakan ?? Suami hebat, anak-anak yang membanggakan, keluarga yang saling menyayangi….kesehatan…kemurahan rezeki…kemudahan urusan….
Aku tidak ingin berlebihan mengapreseasi semua itu. Bukan dengan potong sapi atau potong kambing, karena aku merasa itu awal untuk sebuah amanah yang berat. Menjadi abdi negara dalam mendidik calon-calon dokter masa depan lalu menjadi ibu untuk generasi baru yang akan kulahirkan nanti, sementara tiga orang lagi masih harus terus kubersamai. Dengan setumpuk tugas anak sekolah, setumpuk tugas ibu rumah tangga, setumpuk tugas sebagai hamba, semua mencari hak nya yang berserakan untuk dirangkum dalam keseimbangan. Berkejaran dengan waktu. Tanpa suami di sisi, tapi sungguh dukungan dan doa beliau dari jauh sudah cukup berarti.
Banyak hal yang masih belum rampung kupelajari. Kesabaran. Ketabahan. Pengorbanan. Kesetiaan. Keikhlasan. Kesyukuran. Semua adalah kata kunci mengarungi hidup ini. Bukan banyak yang kupinta, cukup kan aku dengan semua yang ada Wahai Pemberi Cinta, agara aku semakin paham bagaimana memaknai keterbatasan sebagai hamba. Terlalu banyak kekurangan diri terungkap saat berkah itu meluap membanjiri asa. Tetapkankan lah langkahku ke sana. Keababadian itu yang baka.
Srowolan, 25 Desember 2010