Judul di atas harusnya tampil jauh di bawah, karena memang saat ini aku tidak lagi ada di Sydney. Aneh nya, pas di Sydney nya sendiri aku malas untuk menuliskannya. Menunggu suami yang akan menjemput bulan Januari ( yang berarti 1 bulan kemudian ) adalah hal yang sangat menyesakkan dada, padahal perkuliahan sudah berakhir di penguhujung november. Itu berai aku harus membunuh kebosanan selama satu bulan itu bersama dengan usia kehamilan yang mendekati 7 bulan. Belum lagi menanggung rindu tak tertahankan pada kedua buah hatiku tercinta di tanah air. Dan tentu saja karena satu persatu teman-teman seperjuanganku sudah kembali ke tanah air dengan menggondol gelar yang sama M.Med.Ed alias Master of Medical Education . Kak Hema, Fika, Mbak Herlina , kapan ya kita bisa berjumpa lagi ? tiba-tiba aku jadi ingat syair lagu, persahabatan bagai kepompong, hal yang tak mudah berubah jadi indah. Kami berempat memasuki jurusan yang sama, dan kami berempat mempunyai karakter yang berbeda-beda. Tapi justeru perbedaan itulah yang menjadikan kami dekat. Thanks pals...for everything u all have done to me, especially for that beautiful moments. Tapi kok pas kembali ke tanah air malah lost contact yaa ?? *aneh*
Sejak kepulanganku di bulan Juni saat liburan semester, ada harta karun tak ternilai yang dititipkan Allah di dalam rahim ku untuk ku jaga selama bulan-bulan berikutnya di negeri orang. Alhamdulillah, selama di sana Allah sayang dengan kami berdua, semua masalah dapat di atasi, dan morning sickness pun tidak terlalu parah kurasakan. Hanya satu kali vomit selama 7 bulan di sana. Tugas-tugas perkuliahan pun dapat kulaksanakan dengan baik, walaupun hasil nya perbatasan antara mengecewakan dan tidak alias pass.. Whatever..semuanya sudah berlalu. Guru-guruku yang baik, sudah banyak memberikan ilmu yang barangkali tidak kutemui di sini. Tata kota yang apik, transportasi yang memadai, lingkungan yang kondusif, iklim yang bersahabat (secara umum), karena saat winter aku merasa sangaaat rindu pada Pekanbaru dengan sinar surya nya. Semuanya tersimpan indah dalam memoriku. Sydney adalah kota yang indah, aku akui itu. Tapi keindahannya seperti lenyap saat aku menyadari bahwa aku menikmatinya dalam kesendirian.
Detik-detik yang paling membahagiakan adalah saat aku menjemput suami, belahan jiwa, di Sydney Airport. Ah..saat pertama kali kupandang wajahnya, betapa aku merasa sudah berabad-abad tak berjumpa dengannya. Rindu membuncah pecah di peluknya. Suami hanya berkesempatan menikmati Sydney tidak sampai 1 minggu lamanya. Dan untuk waktu yang tidak panjang itu aku ajak Beliau untuk menikmati Sydney. Hasilnya adalah hari-1 adalah kunjungan ke icon nya Sydney yaitu Opera House dan Harbour Bridge nya. Hari ke-2 kami membidik Kiama, salah satu pantai yang terkenal dengan blow-hole nya , dan di sanalah kekaguman kami pada kebesaran Allah tertumpah, sebuah surga dunia yang barangkali tidak akan sering kita temui di belahan bumi lain. Hari berikutnya lagi kami melakukan coastal walk dari Bondi Beach sampai Bronte beach. Serta tak lupa mengunjungi suburb-suburb di sekitar Sydney. Subhanallah, di usia kehamilan yang tidak lagi muda aku masih sanggup melakukan aktifitas berjalan kaki tersebut tanpa ada kesulitan.Dari pedometer yang dipakai suami, rata-rata kami berjalan 5 km setiap hari ( Maka nikmat Allah yang mana lagi yang akan kami dustakan). Akan tetapi ternyata kekuatan berjalan itu tidak dapat mewakili hasil test kerja jantung, yang selanjutnya akan kuceritakan pada bagian lain .
Dan tibalah saat kepulangan ke tanah air. Sungguh, tak banyak bersit sedih saat harus berpisah dengan benua ini, meninggalkan winter, autumn, summer, spring, mapple dan jacaranda. Satu yang barangkali membuatku bersedih, karena harus berpisah dengan saudara-saudara seiman di sana. Kepulanganku pun dilepas oleh mbak Erni ( seorang ummahat teman pengajian yang masih terlihat muda di usianya yang sudah kepala 4 ), miss u so Mbak Erni ,thanks for your kindness..Ah.. indah nian ukhuwah yang terjalin di antara ikhwah di sana, tapi seiring itu juga letupan-letupan rindu tanah air terus menderu...bersama dengan lepas landasnya roda pesawat Singapore Airline. Sekali lagi, aku memilih maskapai ini, meski sempat pernah dibuatnya sport jantung saat dulu kembali ke Sydney setelah liburan berakhir , karena ada gangguan turbulensi.
Dan berakhir sudah pengalamanku di benua itu, setelah secara resmi melapor kepada pihak pemberi beasiswa, Depkominfo, bahwa study ku sudah selesai. Thanks to Depkominfo yang sudah memberikan kesempatan langka ini kepadaku. Thanks to Allah yang sudah membuat semuanya berjalan dengan baik tanpa ada halangan yang berarti, berkat doa-doa orang-orang tercintaku. Mama, papa, Mas Erwin, Aisyah, Hafshoh, Bapak, Ibu, semua tante-tante, dan semua yang mengirimkan doa untukku.
Sejak kepulanganku di bulan Juni saat liburan semester, ada harta karun tak ternilai yang dititipkan Allah di dalam rahim ku untuk ku jaga selama bulan-bulan berikutnya di negeri orang. Alhamdulillah, selama di sana Allah sayang dengan kami berdua, semua masalah dapat di atasi, dan morning sickness pun tidak terlalu parah kurasakan. Hanya satu kali vomit selama 7 bulan di sana. Tugas-tugas perkuliahan pun dapat kulaksanakan dengan baik, walaupun hasil nya perbatasan antara mengecewakan dan tidak alias pass.. Whatever..semuanya sudah berlalu. Guru-guruku yang baik, sudah banyak memberikan ilmu yang barangkali tidak kutemui di sini. Tata kota yang apik, transportasi yang memadai, lingkungan yang kondusif, iklim yang bersahabat (secara umum), karena saat winter aku merasa sangaaat rindu pada Pekanbaru dengan sinar surya nya. Semuanya tersimpan indah dalam memoriku. Sydney adalah kota yang indah, aku akui itu. Tapi keindahannya seperti lenyap saat aku menyadari bahwa aku menikmatinya dalam kesendirian.
Detik-detik yang paling membahagiakan adalah saat aku menjemput suami, belahan jiwa, di Sydney Airport. Ah..saat pertama kali kupandang wajahnya, betapa aku merasa sudah berabad-abad tak berjumpa dengannya. Rindu membuncah pecah di peluknya. Suami hanya berkesempatan menikmati Sydney tidak sampai 1 minggu lamanya. Dan untuk waktu yang tidak panjang itu aku ajak Beliau untuk menikmati Sydney. Hasilnya adalah hari-1 adalah kunjungan ke icon nya Sydney yaitu Opera House dan Harbour Bridge nya. Hari ke-2 kami membidik Kiama, salah satu pantai yang terkenal dengan blow-hole nya , dan di sanalah kekaguman kami pada kebesaran Allah tertumpah, sebuah surga dunia yang barangkali tidak akan sering kita temui di belahan bumi lain. Hari berikutnya lagi kami melakukan coastal walk dari Bondi Beach sampai Bronte beach. Serta tak lupa mengunjungi suburb-suburb di sekitar Sydney. Subhanallah, di usia kehamilan yang tidak lagi muda aku masih sanggup melakukan aktifitas berjalan kaki tersebut tanpa ada kesulitan.Dari pedometer yang dipakai suami, rata-rata kami berjalan 5 km setiap hari ( Maka nikmat Allah yang mana lagi yang akan kami dustakan). Akan tetapi ternyata kekuatan berjalan itu tidak dapat mewakili hasil test kerja jantung, yang selanjutnya akan kuceritakan pada bagian lain .
Dan tibalah saat kepulangan ke tanah air. Sungguh, tak banyak bersit sedih saat harus berpisah dengan benua ini, meninggalkan winter, autumn, summer, spring, mapple dan jacaranda. Satu yang barangkali membuatku bersedih, karena harus berpisah dengan saudara-saudara seiman di sana. Kepulanganku pun dilepas oleh mbak Erni ( seorang ummahat teman pengajian yang masih terlihat muda di usianya yang sudah kepala 4 ), miss u so Mbak Erni ,thanks for your kindness..Ah.. indah nian ukhuwah yang terjalin di antara ikhwah di sana, tapi seiring itu juga letupan-letupan rindu tanah air terus menderu...bersama dengan lepas landasnya roda pesawat Singapore Airline. Sekali lagi, aku memilih maskapai ini, meski sempat pernah dibuatnya sport jantung saat dulu kembali ke Sydney setelah liburan berakhir , karena ada gangguan turbulensi.
Dan berakhir sudah pengalamanku di benua itu, setelah secara resmi melapor kepada pihak pemberi beasiswa, Depkominfo, bahwa study ku sudah selesai. Thanks to Depkominfo yang sudah memberikan kesempatan langka ini kepadaku. Thanks to Allah yang sudah membuat semuanya berjalan dengan baik tanpa ada halangan yang berarti, berkat doa-doa orang-orang tercintaku. Mama, papa, Mas Erwin, Aisyah, Hafshoh, Bapak, Ibu, semua tante-tante, dan semua yang mengirimkan doa untukku.
No comments:
Post a Comment