Alhamdulillah, Welcome to the real world !! Itulah yang kuucapkan dalam hati saat menginjakkan kaki kembali ke tanah air, the place where I belong. Rasanya tidak ada tempat terindah di bumi ini selain tempat dimana kita dikelilingi oleh orang2 yang mencintai dan dicintai kita. Penerbangan maskapai Singapura ini mengantarkan kami ke tujuan akhir, Jakarta, dimana aku dan suami menghabiskan waktu selama dua hari di sana untuk mengurus administrasi kepulangan di Depkominfo ,untuk kemudian melanjutkan perjalan ke Pekanbaru. Di Jakarta, kami sempatkan untuk mengunjungi Monumen Nasional dan untuk pertama kalinya kami berdua ke puncak nya. Ndeso ya mas.. Itu celetukan yang kulontarkan pada suamiku sambil tertawa. Menyadari bahwa kami belum pernah ke sana selama ini.
Ahh..kembali aku masih belum dapat berjumpa langsung dengan kedua buah hatiku yang tinggal di Sumatera Selatan bersama kedua orangtuaku. Alasan ku untuk langsung ke Pekanbaru adalah untuk mengurus kelengkapan syarat-syarat guna melanjutkan sekolah lagi nanti . Whatt ??!! Sekolah lagi ?? Kapan mengurus anak-anak ? Itulah pertanyaan yang selalu terlontar apabila aku mengungkapkan keinginanku untuk mengambil Program Spesialis setelah pulang dari Australia nanti. Tapi sepertinya Allah berkehendak untuk sesekali ‘menyentil’ ku dengan kegagalan yang dramatis pada akhirnya. Bagian ini akan kuceritakan pada episod yang lain.
Alhamdulillah pada waktu yang bersamaan dengan kepulangan itu, suami juga berkesempatan untuk melanjutkan studinya di almamaterku, UGM, setelah mendapatkan izin dan pembiayaan dari institusi tempat Beliau bekerja. Itu artinya kami sekeluarga akan menghabiskan waktu membersamai orang tua suami di Jogja, mm..what a life. Maka nikmat Allah mana lagi yang bisa kami dustakan.Selama dua minggu kami kembali berbulan madu karena hanya berdua tanpa anak – anak, kecuali anak ke-3 di dalam perut yang semakin membesar. Kembali pula kebosanan yang kurasakan. Kalo Cuma untuk sehari dua hari berbulan madu sih aku akan sangat menikmatinya, tapi bila terlalu lama jauh dari anak-anakku rasanya sudah tidak nikmat lagi. Mereka pun selalu bertanya-tanya ummi dan abi mana, kok belum datang, padahal katanya sudah pulang ke Indonesia.
Alhamdulillah semua urusan sebelum meninggalkan Pekanbaru sudah terselesaikan dengan baik. Kini tiba saat nya aku akan bertemu dengan kedua buah hatiku. Pesawat yang membawa kami berdua mendarat dengan selamat sampai di Palembang. Subhanallah..aku lihat malaikat-malaikat kecilku tertawa bahagia sambil menyebut ummi nya terus menerus, leleh sudah pertahananku, air mata sudah mengaburkaan pandanganku, kuciumi dan kupeluk mereka dengan seluruh jiwa. Yah inilah yang kunamakan bahagia itu. Maha Suci dan Maha Besar Allah yang masih mempertemukan aku dengan mereka. Lihatlah, putri ke-2 ku sudah lancar berbicara, walau kurang vitamin ‘R’ karena hurufnya dieja menjadi ‘L’. Mereka tertawa takjub melihat perutku yang sedemikian buncit, sambil meraba-raba dengan bahagia. Kusaksikan betapa mereka menyayangi calon adiknya nanti. Kulihat kilasan kaca-kaca di mata mama dan papa saat menyambutku. Begitu besar rasa terimakasih ini pada Beliau berdua, yang dengan segala pengorbanan mengasuh kedua cucunya selama satu tahun. Aku bisa merasakan bila kedekatan dengan cucu-cucunya itu kelak akan membawa duka karena perpisahan.
Setelah anak-anak kami jemput, perjalanan pun berlanjut menuju Jogjakarta. Kembali, setiap perpisahan akan menyisakan duka seperti yang kutulis di atas. Tak henti-hentinya putri ku yang pertama menangis saat dilepas kakek dan neneknya di bandara, Dengan memakai saputangan yang memang sudah disiapkannya sejak berangkat, berulang kali disekanya air mata yang terus menerus mengalir di pipi mungilnya. Pun hal itu terjadi pada papaku, yang sesenggukan saat ditinggalkan kedua cucunya. Ah.. indah nian pertautan dua generasi yang berbeda itu.
Sampailah kami di Jogja. Kami pun sibuk mengurusi semua hal. Aisyah, putri pertama ku meneruskan kelas 1 SD nya di sekolah eyang putrinya, yang kebetuluan adalah kepala sekolah di salah satu SD negri di sini. Nanti akan kuceritakan tingkah polahnya saat memasuki SD baru. Di usianya yang masih belia untuk masuk SD, banyak hal yang menjadi kendala berkaitan dengan kematangan emosi nya. Sementara sang adik akan menghabiskan waktnya dulu membersamaiku, karena usia sekolahnya belum sampai. Ah, cinta, tak habis2 nya cerita tentang kalian akan ummi rangkai. Selama 2 tahun ke depan Jogja adalah tanah air kami. Tapi bagaimanapun juga, sepertinya aku sudah jatuh cinta dengan Pekanbaru dan isinya, dengan panas dan asapnya, dengan orang-oang nya. Entahlah, apakah nanti akhir hayatpun akan berakhir di sana. Pada Allah jawabannya.
Ahh..kembali aku masih belum dapat berjumpa langsung dengan kedua buah hatiku yang tinggal di Sumatera Selatan bersama kedua orangtuaku. Alasan ku untuk langsung ke Pekanbaru adalah untuk mengurus kelengkapan syarat-syarat guna melanjutkan sekolah lagi nanti . Whatt ??!! Sekolah lagi ?? Kapan mengurus anak-anak ? Itulah pertanyaan yang selalu terlontar apabila aku mengungkapkan keinginanku untuk mengambil Program Spesialis setelah pulang dari Australia nanti. Tapi sepertinya Allah berkehendak untuk sesekali ‘menyentil’ ku dengan kegagalan yang dramatis pada akhirnya. Bagian ini akan kuceritakan pada episod yang lain.
Alhamdulillah pada waktu yang bersamaan dengan kepulangan itu, suami juga berkesempatan untuk melanjutkan studinya di almamaterku, UGM, setelah mendapatkan izin dan pembiayaan dari institusi tempat Beliau bekerja. Itu artinya kami sekeluarga akan menghabiskan waktu membersamai orang tua suami di Jogja, mm..what a life. Maka nikmat Allah mana lagi yang bisa kami dustakan.Selama dua minggu kami kembali berbulan madu karena hanya berdua tanpa anak – anak, kecuali anak ke-3 di dalam perut yang semakin membesar. Kembali pula kebosanan yang kurasakan. Kalo Cuma untuk sehari dua hari berbulan madu sih aku akan sangat menikmatinya, tapi bila terlalu lama jauh dari anak-anakku rasanya sudah tidak nikmat lagi. Mereka pun selalu bertanya-tanya ummi dan abi mana, kok belum datang, padahal katanya sudah pulang ke Indonesia.
Alhamdulillah semua urusan sebelum meninggalkan Pekanbaru sudah terselesaikan dengan baik. Kini tiba saat nya aku akan bertemu dengan kedua buah hatiku. Pesawat yang membawa kami berdua mendarat dengan selamat sampai di Palembang. Subhanallah..aku lihat malaikat-malaikat kecilku tertawa bahagia sambil menyebut ummi nya terus menerus, leleh sudah pertahananku, air mata sudah mengaburkaan pandanganku, kuciumi dan kupeluk mereka dengan seluruh jiwa. Yah inilah yang kunamakan bahagia itu. Maha Suci dan Maha Besar Allah yang masih mempertemukan aku dengan mereka. Lihatlah, putri ke-2 ku sudah lancar berbicara, walau kurang vitamin ‘R’ karena hurufnya dieja menjadi ‘L’. Mereka tertawa takjub melihat perutku yang sedemikian buncit, sambil meraba-raba dengan bahagia. Kusaksikan betapa mereka menyayangi calon adiknya nanti. Kulihat kilasan kaca-kaca di mata mama dan papa saat menyambutku. Begitu besar rasa terimakasih ini pada Beliau berdua, yang dengan segala pengorbanan mengasuh kedua cucunya selama satu tahun. Aku bisa merasakan bila kedekatan dengan cucu-cucunya itu kelak akan membawa duka karena perpisahan.
Setelah anak-anak kami jemput, perjalanan pun berlanjut menuju Jogjakarta. Kembali, setiap perpisahan akan menyisakan duka seperti yang kutulis di atas. Tak henti-hentinya putri ku yang pertama menangis saat dilepas kakek dan neneknya di bandara, Dengan memakai saputangan yang memang sudah disiapkannya sejak berangkat, berulang kali disekanya air mata yang terus menerus mengalir di pipi mungilnya. Pun hal itu terjadi pada papaku, yang sesenggukan saat ditinggalkan kedua cucunya. Ah.. indah nian pertautan dua generasi yang berbeda itu.
Sampailah kami di Jogja. Kami pun sibuk mengurusi semua hal. Aisyah, putri pertama ku meneruskan kelas 1 SD nya di sekolah eyang putrinya, yang kebetuluan adalah kepala sekolah di salah satu SD negri di sini. Nanti akan kuceritakan tingkah polahnya saat memasuki SD baru. Di usianya yang masih belia untuk masuk SD, banyak hal yang menjadi kendala berkaitan dengan kematangan emosi nya. Sementara sang adik akan menghabiskan waktnya dulu membersamaiku, karena usia sekolahnya belum sampai. Ah, cinta, tak habis2 nya cerita tentang kalian akan ummi rangkai. Selama 2 tahun ke depan Jogja adalah tanah air kami. Tapi bagaimanapun juga, sepertinya aku sudah jatuh cinta dengan Pekanbaru dan isinya, dengan panas dan asapnya, dengan orang-oang nya. Entahlah, apakah nanti akhir hayatpun akan berakhir di sana. Pada Allah jawabannya.
1 comment:
subhanallaah.... mabruk !
Post a Comment