Sunday, September 06, 2009

Kekuatan Doa

"Mi..doakan cikwo ya biar bisa mengerjakan ujian.” Kalimat tersebut diucapkan matahariku yang pertama saat akan menempuh ujian semester di kelas I SD beberapa waktu yang lalu.


“Iya..Nak, ummi berdoa terus buat cikwo, tapi tetap harus belajar juga walau didoakan.” Aku menjawab lembut sekaligus memberikan pengertian padanya, bahwa doa saja tidak cukup untuk menghasilkan sebuah kesuksesan, tetapi juga harus diimbangi dengan usaha dan kerja keras. Bila telah selesai ujian biasanya dia akan bertanya kepadaku, “Ummi tadi doain Cikwo ya ?? “ Aku menjawab iya, dan dia akan tersenyum karena merasa bahwa dia bisa mengerjakan soal-soal tadi berkat doaku. Di lain waktu di saat dia atau adik-adiknya sakit, aku selalu berbisik di telinga mereka pada waktu memberikan obat atau mengantarkan mereka tidur.


“Syafakillah..ya, Nak.” Doa yang kuucapkan mengandung permohonan agar Allah menyembuhkan sakitnya. Permintaan untuk didoakan saat sakit selalu diucapkan oleh matahariku yang pertama , untuk jenis sakit apapun. Begitupun bila aku tengah sakit, dia akan mendoakan untuk kesembuhanku. Kadang aku tersenyum mendengar permintaannya untuk didoakan pada hal-hal yang lain, seperti misalnya saat dia tengah bermain dengan pisau . Saat itu aku berusaha untuk melarangnya, tapi dengan santai dia membalas agar aku mendoakan supaya dia tidak terluka saat menggunakan pisau tersebut. Jawaban yang cukup diplomatis, dan membuatku mengubah larangan itu menjadi peringatan agar dia berhati-hati saat memakai pisau tersebut.

Semua kita pada umumnya tahu, bagaimana kekuatan doa mampu mengalahkan segalanya. Kekuatan doa dapat menembus ketidakniscayaan. Kekuatan doa dapat melahirkan kekuatan jiwa. Aku percaya itu. Banyak peristiwa hidup yang kulalui dengan gemilang berkat doa, yang berasal darimanapun juga, terutama doa orang tuaku. Berdoalah kepada Ku, dan akan aku kabulkan bagimu, demikian Allah telah bersabda dalam kitab sucinya tentang janji itu. Kalaupun saat ini doa itu tidak terkabul segera, aku selalu yakin suatu saat doa itu akan terjawab atau digantikan dengan sesuatu yang justeru lebih hebat dari doa itu sendiri. Doa adalah cermin keterbatasan kita sebagai hamba, dimana kita butuh kekuatan lain di luar kita yang mampu menjawab segala harap. Dengan sarana itulah aku merasa lebih dekat berteman dengan harap, takut dan cinta pada Nya.


Aku ingin semua matahariku gemar melakukan aktivitas ini, Allah tentu senang bila Dia dijadikan tempat meminta-minta. Membiasakan mereka untuk mengawali segala kegiatan dengan membaca Basmallah adalah salah satu hal yang kulakukan, karena di dalam nama Allah itu ada ribuan doa. Senyumku kembali mengembang bila mengingat doa dari matahariku yang pertama saat ulang tahun pernikahan kami, ummi dan abinya, yang ke-7 beberapa waktu lalu.


Ummi: “Nak, hari ini ummi dan abi ulang tahun pernikahan yang ke-7. Apa doa cikwo untuk ummi dan abi ?” (bertanya dengan harap-harap cemas)


Anak : (tersenyum, kemudian berbisik di telinga umminya)

Anak: “Doanya......, mmm...supaya ummi punya anak lagi.......” ( sambil tersenyum manis menatapku).


Ummi : “Hah..??? (gubraks)


Saat ini, aku hanya bisa merenung, seandainya memang doa putriku itu dikabulkan oleh Allah pada akhikrnya nanti, semoga hal itu menjadi suatu keberkahan buat kami semua sehingga dapat lebih dekat kepada Nya. Lirih, saat ini aku mengamini doa tersebut.


Buat : matahari-matahari ummi.. terimakasih untuk doa kalian buat ummi dan abi , Nak..


1 comment:

kuspratiknyo said...

Terima kasih artikelnya sangat menggugah untuk kita selalu ingat kepada Allah, dengan cara selalu berdoa. Doa adalah pedangnya orang iman, tidak ada sesuatu yg lebih mulia disisi Allah kecuali doa, doa adalah otaknya ibadah, berdoalah kamu sekalian niscaya akan kukabulkan. Untuk sahabatku saya mohon didoakan agar bisa berangkat haji tahun ini. Tks

Kusemat cinta berbalut doa di kedalaman samudera hati orang - orang terkasih.......