Thursday, September 10, 2009

Keluarga formal-Tradisional-Sekuler (II)

Sibling Social Control

Pada tulisan sebelumnya, aku menggambarkan hubungan antara orangtua dan anak pada keluarga formal-tradisional-sekuler. Kali ini yang akan kusoroti adalah hubungan antar saudara kandung dalam keluarga bentukan semacam itu. Pada keluarga ini terjadi sentralisasi kontrol , dimana orang tua menjadi supervisor langsung untuk setiap anak-anaknya, yang tanpa sadar menanamkan pengertian pada anak-anaknya bahwa yang mempunyai hak untuk memberi nasihat dan teguran kepada mereka hanya orang tua. Sehingga terdapat keengganan dari tiap-tiap saudara kandung untuk saling mengingatkan antarmereka bila terjadi kesalahan.
Bagaimana mereka bisa menegur (seandainya mereka menganggap perbuatan saudara kandung nya tidak baik), sementara orang tua mereka sendiri tidak bermasalah dengan hal tersebut. Bagaimana mereka bisa memberi nasihat, sementara orang tua sendiri tidak pernah menasihati. Sesuatu yang sulit. Bukan tidak mungkin justeru akan terjadi clash antara orang tua dan anak yang berusaha memberi teguran pada saudaranya yang lain. Jadi tidaklah heran bila hubungan antarsaudara kandung pun terasa hilang ruhnya, berujung pada ketidakpedulian akan setiap maksiat dan kemungkaran yang dilakukan saudara kandung, padahal itu terjadi di depan mata.


Hal ini lah yang kadang membuatku tercenung. Sebuah ironi, mengapa justeru saat kita berada di tengah-tengah keluarga, saat itu pula kita berada pada titik selemah-lemah iman, dimana kita seperti tidak punya kekuatan mengubahnya dengan tangan dan mulut yang ada. Sementara berdakwah di luar, kita begitu pandainya mempermainkan retorika. Berapa banyak yang kita dengar para dai yang begitu disegani di luar, ternyata tidak mampu mengubah keluarganya sendiri. Pelajaran kembali kutarik dari hasil pengamatanku, bahwa sibling social control atau kontrol sosial dari saudara kandung sangatlah penting untuk menjaga agar anak-anak tetap berada dalam koridornya.


Aku pikir hal ini penting untuk diterapkan sejak dini. Kadang aku mengamini apa yang dilakukan oleh matahariku yang pertama : bila adiknya berbuat hal yang tidak baik, dia akan memberi pelajaran pada adiknya, walaupun hal tersebut akan menghasilkan deraian air mata pada sang adik. Sekali-sekali aku tidak pernah memarahinya, karena itu adalah kontrol sosial yang dilakukan sang kakak terhadap adiknya. Aku selalu berusaha mengingatkan dia untuk selalu memberi contoh yang baik bagi adiknya, dan meluruskan hal-hal salah yang dilakukan adiknya dengan cara yang baik. Aku berharap, semua anggota keluarga mempunyai kesadaran untuk saling menjaga dan bekerjasama berdasarkan kecintaan mereka kepada Allah, sehingga yang terbentuk adalah keluarga yang selalu penuh dengan kehangatan dan cinta.


Indah betul Alquran itu, di salah satu ayatnya kita diminta untuk menjaga anggota keluarga dari api neraka. Tentulah perintah ini ditujukan untuk masing-masing anggota keluarga. Karena pada hakikatnya keluarga bentukan ini adalah biduk dimana masing-masing awak harus menjaga keseimbangannya, hingga dapat terus berlayar menuju surga.

No comments:

Kusemat cinta berbalut doa di kedalaman samudera hati orang - orang terkasih.......