Friday, December 25, 2009

Scar of David, Scar of Palestine

Jenin. Shabra. Shatila. Nama-nama itu adalah prasasti duka yang yang didirikan di atas perjuangan, pengorbanan, air mata dan darah bangsa Palestina –pemilik sah tanah Pelestina -- puluhan tahun silam. Pahatannya dibangun oleh kebencian, penindasan, penyiksaan dan ketidakadilan oleh bangsa yang mengaku terbaik di antara bangsa lain. Yahudi.

Genosida yang dilakukan Yahudi pada kamp-kamp pengungsian tersebut menjadi latar belakang novel fiksi sejarah ini. Buku setebal 478 halaman yang mengalami cetakan pertama pada April 2009, terbitanHikmah , karangan Susan Abulhawa ini menorehkan luka, sama halnya dengan luka parut yang dimiliki oleh David, seorang Palestina yang ‘terpaksa’ menjadi Yahudi di luar kehendaknya. Di bagian cerita lain, keluarga David yang asli, keluarga Palestina, harus berjuang mempertahankan hidup di balik kekejian tentara Yahudi. Termasuk pelaku kekejian tersebut adalah David, si anak hilang yang ketika bayi direnggut oleh tentara Yahudi dari pelukan ibunya.

David alias Ismael bediri di antara dua identitas samar yang harus dilakoninya puluhan tahun , sebuah kenyataan hidup yang menyakitkan. Amal, si adik yang yang kelak dijumpainya, tertempa hari-hari penuh trauma. Kejadian demi kejadian hidup yang dialaminya membingkai erat karakter besinya di kemudian hari hingga ajal menjemputnya saat menjadi tameng peluru Yahudi bagi sang anak yang dicintainya dalam diam. Cinta itu dalam tak berdasar, jauh tak berbatas, namun sulit dipahami seketika itu juga.

Membaca gaya bahasa penulis (atau penerjemah ?? ) ibarat melihat film bergenre suspense yang membuat kita bersiap untuk kejutan-kejutan rasa. Latar belakang sejarah yang nyata diramu ke dalam fiksi mampu membuatku meneteskan air mata saat membaca bagian pembantaian Shabra dan Shatila. Kekejaman jenis apa yang tengah dipertontonkan bangsa barbar itu ?? Emosi ku teraduk. Ingin rasanya pedih itu kugenggam dan rasakan di sekujur tubuhku. Sungguh tak ada yang dapat diharapkan dari keadilan dunia yang ambigu ini. Tetaplah bersabar saudara-saudaraku. Allah Maha Tahu. Lukamu adalah lukaku. Doa selalu teriring di setiap sujudku.

No comments:

Kusemat cinta berbalut doa di kedalaman samudera hati orang - orang terkasih.......